Senin, 12 Januari 2015


konsep dasar berbicara
A. Batasan Berbicara
Sebagaimana kita ketahui, keterampilan berbahasa bisa dikllasifikasikan dua kelompok, yaitu berdasarkan peran subjek dan sarana yang digunakan. Bila ditinjau dari aspek peran subjek, keterampilan berbahasa bisa dibedakan menjadi subjek pasif, yang terdiri atau keterampilan menyimak dan keterampilan membaca; sedangkan bila dilihat dari aspek seubjek aktif, keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.
Secara alami perkembangan keterampilan berbahasa seseorang berawal dari keterampilan menyimak, kemudian diikuti keterampilan berbicara. Hal ini bisa kita lihat dalam perkembangan seorang anak. Setelah fase itu, seorang anak dapat berlatih keterampilan membaca, yang kemudian diikuti keterampilan menulis. Hanya saja taraf keterampilam berbahasa lebih lanjut tidak sebatas perkembangan alami sebagaimana contoh di atas. Taraf keterampilan berbahasa tentu saja sesuai dengan taraf perkembangan psikologis seseorang. Hal ini bisa kita lihat dalam perkembangan komptensi yang dimiliki oleh pembelajar, mulai sekolah dasar hingga ke sekolah menengah, bahkan hingga perguruan tinggi.
Secara khusus pada poin ini dibahas keterampilan berbicara. Keterampilan ini amat berkorelasi dan menunjang keterampilan bahasa lainnya. Agar kita memilliki keterampilan berbicara yang baik, tentu saja amat erat kaitannya dengan keterampilan menyimak (konsep, informasi, opini) yang kita lakukan. Umumnya seorang pembicara yang andal mampu melakukan hal tersebut, di samping keterampilan membaca atas hal di atas. Di sisi lain, pada hakikatnya seorang pembicara juga memiliki keterampilan menulis yang mumpuni. Pembicara yang baik tentu saja dapat memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan yang saling berkaitan dengan lambing bunyi bahasa. Bila kita menyampaikan gagasan secara lisan, informasi disampaikan melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan bila kita menyimak gagasan atau informasi. melalui ucapan atau suara juga sebagai medianya.
Dalam praktik kehidupan sehari-hari kegiiatan berbicara dan menyimak merupakan dua keterampilan berbahasa yang saling terkait. Kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara, meski subjek pelakunya berbeda. Hal itu menandakan bahwa kedunya amat penting dalam proses komunikasi.
Hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk sosial mencerminkan adanya tuntutan bahwa keterampilan berbahasa amat beperanan dalam kehidupannya. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat berupa aneka wacana., mulai dari lingkungan terkecil: keluarga; rkumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
Relaitanya pola budaya manusia menuntut seseorang untuk terampil berkomunikasi: menyatakan pendapat, gagasan, konsep/ide, hingga perasaan. Ini terwujud dalam fase kenyataan bila keterampil menangkap informasi-informasi akan biikuti keterampil menyampaikan informasi-informasi serupa. Semua konstituen pendidikan amat berperan dalam hal ini. Tata sopan santun dan etika bicara dapat dilatihkan dan dibina mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan (budaya) hingga ke jalur pendidikan formal. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku juga seringkali diajarkan secara lisan dan diterapkan dalam konteks semua komunitas masyarakat, baik yang tradisional maupun masyaraka modern.
1. Tujuan dan Ruang Lingkup Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara bisa berwujud dalam bermacam-macam jenis. Salah satu sumber menyebutkan bahwa keterampilam berbicara memiliki empat bagian pokok materi: 1) dimensi rasional, tujuan dan cakupan, fungsi, dan relevansinya; 2) hakikat berbicara yang meliputi pengertian, tujuan, dan fungsi berbicara, konsep dasar berbicara, dan jenis-jenis berbicara; 3) faktor yang mempengaruhi efektivias berbicara meliputi kecemasan berbicara, bahasa tubuh dalam berbicara, ciri-ciri pembicara ideal, dan merencanakan pembicaraan; dan 4) pengembangan keterampilan berbicara yang meliputi pengajaran berbicara, dan praktik berbicara dengan berbagai tema.
Konteks kegiatan berbicara dalam era modern seperti sekarang bisa berwujud bermacam-macam kegiatan, baik dalam kontek komunikasi lisan yang bersifat informal sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal yang melibatkan pembicara dan pendengar.
Salah Satu sumber dalam jeringan menyebutkan bahwa kegiatan komunikasi lisan dalam konteks masyarakat sekarang antara lain berupa:: 1) berceramah; 2) berdebat; 3) bercakap-cakap; 4) berkhotba; 5) ;bercerita; 6) berpidato; 7) bertukar pikiran (sharing); 8) bertanya-jawab; 9) bermain peran; 10) berwawancara; 11) berdiskusi; 12) berkampanye; 13) bertelepon; 14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan; 15) memberikan laboran; 16) menanggapi; 17) menyanggah pendapat; 18) menolak permintaan, tawaran, ajakan; 19) menjawab pertanyan; 20) menyatakan sikap; 21) menginformasikan; 22) membahas suatu hal; 23) melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan); 24) menguraikan cara membuat sesuatu; 25) menawarkan sesuatu; 26) menyampaikan permintaan maaf; 27) memberi petunjuk; 28) memperkenalkan diri; 29) menyapa; 30) mengajak; 31)mengundang; 32) memperingatkan; 33) mengoreksi; 34) dan lain-lain
2. Fungsi Berbicara
Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama dalam kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola pembelajaran berbicara. Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara. Logisnya, pengetahuan siswa perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya. Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara merupakan fungsi aspek kognitif.
Di sisi lain kemampuan keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap sikap siswa. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhadap keterampilan berbicara belum bersifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara sikap itu diubah menjadi sikap positif. Siswa menjadi lebih memahami, menghayati, menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan kegiatan dan pengajaran berbicara.
3. Relevansi Berbicara
Keterampila berbicara merupakan suatu keterampilan menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secar praktis langusng bisa kita simak: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.
Segi pelafalan amat erat kaitannya dengan kemampuan fonologi, segi intonasi bersinggungan dengan sisi sintaksis, segi pilihan kata berkaitan dengan sisi semantik bahasa, sisi struktur kata berhubungan dengan linguistik dan sintaksis. Dari segi sistematika dan isi pembicaraan berkaitan dengan kompetensi wacana. Keterampilan berbicara juga berkaitan dengan keterampilan analisis. Kesalahanhal tersebut sering membuat kita melakukan kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat.
3.1 Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menyimak
Kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang secara praktis berbeda, namun saling kait erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara sehingga kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan. Di sisi lain kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi. Orang berbicara membutuhkan orang yang menyimak. Begitu juga sebaliknya, orang bisa menyimak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak kita mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat, dan bahkan logika seseorang.
3.2 Korelasi Keteramlpian Berbicara dengan Membaca
Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Kegiatan berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Namun, kita mengetahui bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh melalui kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3.2 Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ide. Keduanya hanya berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Dalam praktinya, kedua keterampilan tersebut tetap mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam menerapkan kaidah berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri Indonesia dalam pemilihan Miss Universe gagal ke babak berikutnya karena kesalahannya dalam penggunaan bahasa lisannya. Banyak contoh lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita, baik melalui media maupun tatap muka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar